DINIYAH ISLAMIYAH DARUNNAJAH adalah awal dari nama
Yayasan Darunnajah. Pada tahun 1964 sebagai awal berdirinya, Diniyah Islamiyah
sebagai tempat pendidikan Agama Islam yang mengajarkan baca tulis Al-Qur’an dan
kitab-kitab kuning serta majlis taklim dilakukan di rumah pendirinya Almukarrom
TGH. Ahmad Khairil Abrar yang saat itu bernama Abrar dilakukan pada pagi hari
setelah sholat subuh, pada siang hari setelah sholat zuhur dan pada malam hari
setelah sholat magrib. Beliau adalah alumni Pondok Pesantren Darul Falah
Pagutan, sebelumnya menyelesaikan pendidikan MI dan MTs masing-masing selama 6
tahun di Madrasah Assa’adah cabang Islahiyah Kediri dan melanjutkan pendidikan di Pondok
Pesantren Darul Falah Pagutan Kota Mataram dan mendapat izin lisan dari
Pimpinan Pondok Pesantren Darul Falah saat itu Almarhum TGH. Abhar, maka di
Desa Telagawaru Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat didirikan tempat
pendidikan Islam dengan nama DINIYAH ISLAMIYAH DARUNNAJAH.
Pendidikan Diniyah Islamiyah berjalan cukup lama, dari
tahun ke tahun memberikan kontribusi kepada masyarakat, bagi anak-anak yang
masih sekolah SD diajarkan untuk membaca dan menulis Al-Qur’an dan kitab-kitab kuning hingga seterusnya
sampai tamat, demikian juga kepada masyarakat sekitarnya dapat mengikuti
pengajian majlis taklim dengan mempelajari berbagai macam pelajaran kitab-kitab
kuning yang dilakukan setiap pagi, siang dan sore hari. Tahun demi tahun
berjalan dengan tanpa terasa hingga Pendidikan Diniyah banyak mencetak kader-kader yang mampu untuk
ikut bersama-sama membangun dan membesarkan nama Diniyah Islamiyah Darunnajah ini. Karena
disamping menimba ilmu di Pendidikan Diniyah para santriwan dan santriwati juga
menimba ilmu pendidikan umum dari jenjang SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi.
Cukuplah sebagai bekal untuk ikut membangun dan membesarkan Diniyah Islamiyah
Darunnajah
dimasa mendatang.
Dalam waktu yang relatif lama, yaitu sejak berdirinya
hingga bulan Juni tahun 1991 jumlah santriwan dan santriwati yang belajar pada
Diniyah Islamiyah Darunnajah mencapai 300 orang, jama’ah majlis taklim mencapai ribuan orang
dari berbagai desa di kecamatan-kecamatan yang ada di kabupaten Lombok Barat.
Sementara sarana belajar yang digunakan masih di rumah yang dihuni oleh TGH.
Ahmad Khairil Abrar dan Masjid yang ada didekatnya yaitu Masjid Darul Ikhlas.
Walau demikian lokasi dan tempat belajar yang cukup sederhana tersebut tidaklah
menjadi masalah bagi kelangsungan proses pembelajaran yang dilakukan. Setiap
tahunnya santriwan dan santriwati yang belajar di Diniyah Islamiyah terus
bertambah dan tentunya hal tersebut membutuhkan ruang, tempat serta pengaturan
yang cukup untuk pembinaan agar jumlah yang terus bertambah tersebut dapat diberikan
pendidikan secara layak dan bermutu. Kontribusi masyarakatpun begitu besar
terhadap kelangsungan pendidikan diniyah ini, atas dorongan para tokoh
masyarakat dan dengan tekad kebersamaan maka komitmen bersamapun dibangun untuk
meningkatkan dan memperluas lingkup kerja Diniyah, yaitu di samping pendidikan
agama, pendidikan lingkup formal, sosial kemasyarakatan, serta keterampilan
hidup dengan memberdayakan seluruh elemen masyarakatpun di bangun. Kerjasama
dan koordinasi dengan aparat desapun dilakukan untuk mencari masukan-masukan dan saran
mengenai lingkup kebutuhan masyarakat agar lebih mudah dalam perencanaan dan
alokasi kebutuhan pemberdayaan masyarakat.
Pada tanggal 23 Mei 1993 dibentuklah lembaga Yayasan
yang diberi nama YAYASAN DARUNNAJAH melalui akte pendirian dengan nomor 140,
pembentukan lembaga ini dimaksudkan agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan Diniyah tidak sekedar
terbatas pada pendidikan agama saja namun juga dapat bergerak dibidang sosial
kemasyarakatan. Dimulai dari terbentuknya Lembaga Yayasan yang berbadan hukum
pada tahun tersebut Yayasan Darunnajah membuka kerjasama dengan Departemen Sosial pada waktu itu dan yang saat ini Dinas
Sosial Propinsi NTB dan Dinas Sosial Kabupaten Lombok Barat. Kerjasama tersebut
diwujudkan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat terutama yang menghadapi beban
sosial ekonomi seperti pemberdayaan para lanjut usia (orang tua jompo), anak
yatim, anak-anak
terlantar. Kepada mereka diberikan bantuan Usaha Ekonomi Produktif berupa hewan
piaraan seperti bebek, kambing dan bahkan sapi. Demikian juga halnya untuk
memajukan perekonomian masyarakat terutama pedagang bakulan, usaha warungan dan
usaha transportasi seperti alat transportasi cidomo. Yayasan Darunnajah melalui Dinas Sosial
bekerjasama dengan UNDP waktu itu memberikan pinjaman lunak untuk meningkatkan
usaha dan membantu permodalan dari pelaku usaha tersebut.
Kondisi beban masyarakat yang makin kompleks diakibatkan
beratnya beban sosial ekonomi yang disandang memacu para pengurus Yayasan Darunnajah untuk terus berkiprah
untuk melakukan upaya-upaya agar beban yang dipikul masyarakat tersebut dapat diringankan
melalui program-program yang dilakukan Yayasan. Pada tahun 1996 Yayasan Darunnajah membentuk lembaga
pendidikan non formal yang kini dikenal dengan istilah Pusat Kegiatan Belajar
(PKBM) dengan kegiatan paket B. Program ini dimaksudkan untuk membantu
pemerintah menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Program paket B setara SMP/Tsanawiyah
ini sangat membantu masyarakat kurang mampu yang putus sekolah untuk menyelesaikan
masalah pendidikan. Dalam kurun waktu 5 tahun Program Paket B dapat menuntaskan
anak putus sekolah dan Yayasan Darunnajah mengembangkan program pendidikan formal Yang tidak lain juga
bertujuan untuk melanjutkan program membantu pemerintah dalam menuntaskan wajib
belajar 9 tahun.
Pada tahun 1997 Yayasan Darunnajah mendirikan
pendidikan Formal yaitu Pendidikan Madrasah Tsanawiyah setingkat SMP dengan
izin operasional dari Departemen Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat tertanggal
23 Agustus 2003. Madrasah Tsanawiyah ini berdiri di atas tanah seluas 1700 m2
atau 17 are, tanah tersebut merupakan tanah milik Yayasan sebanyak 11,5 are dan
tanah perumahan Guru SDN 2 Telagawaru sebanyak 5,5 are yang telah diserahkan
pemanfaatannya secara lisan oleh Bapak Bupati Lombok Barat tanggal 18 Juli 2002
di Kantor Camat Labuapi. Bangunan madrasah ini luasnya 486 m2 atau
pemanfaatan lahan sebesar 2,43 are dengan bangunan lantai 2 dengan 5 lokal
ruang belajar dan satu lokal ruang guru. Terealisasinya pengadaan tanah dan pembangunan
gedung madrasah dilakukan dengan swadaya masyarakat ditambah 30% bantuan
Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Kegiatan pembangunan gedung madrasahpun dilakukan dengan bergotong royong oleh
masyarakat yang ada di Desa Telagawaru maupun masyarakat yang berada di luar Desa
Telagawaru.
Tingginya antusiasme masyarakat dalam memberikan
motivasi kepada Yayasan Darunnajah untuk terus meningkatkan program pendidikan yang dirintis dan
terus meningkatnya beban ekonomi masyarakat, mahalnya biaya pendidikan tentunya
membuat para orang tua tidak mampu membiayai baik biaya transport anak-anaknya.
Hal ini tentu mendorong Pengurus Yayasan untuk melakukan langkah-langkah
pencegahan agar semua lapisan masyarakat terutama masyarakat miskin juga
mempunyai hak yang sama dalam menerima pendidikan. Pada tahun 2003 Yayasan
Darunnajah
bersama masyarakat mendirikan lembaga
pendidikan Formal setingkat Sekolah Menengah Atas yaitu Madrasah Aliyah yang
selanjutnya disebut ‘Madrasah Aliyah Darunnajah Al Falah” dengan izin operasional yang
dikeluarkan oleh Departemen Agama Propinsi Nusa Tenggara Barat pada tahun
tersebut. Sedangkan lembaga pendidikan non Formal dari PKBM yang sudah ada
didirikan pula Pendidikan Anak Usia Dini yang disingkat PAUD sederajat TK/RA.
Lembaga pendidikan ini hingga saat ini sudah menamatkan anak-anak usia kelompok
bermain hingga usia 5 tahun sebanyak 6 kali. Kelengkapan dari
PAUD sendiri hingga saat ini sudah cukup memadai baik alat bermain dalam maupun
alat bermain luar. Pada tahun 2007, PKBM Darunnajah kembali dipercayai oleh pemerintah Provinsi
melalui Dinas Dikpora NTB untuk mengelola program Keaksaraan Fungsional (KF)
sebanyak 33 kelompok (500 orang) dengan rincian 15 orang tiap kelompok. Program
ini diharapkan mampu membebaskan masyarakat Desa Telagawaru terbebas dari buta
aksara. Pelaksanaan program ini dilaksanakan selama 6 bulan (Juli-Desember). Karena program ini dianggap berhasil oleh
pemerintah, pada tahun 2008 ini, PKBM Darunnajah diharapakan mengajukan usulan baru untuk
program penuntasan dan pembinaan keaksaraan Fungsional (KF) bagi masyarakat
Telagawaru.
Hingga saat ini Diniyah islamiyah memiliki 5 orang
tenaga pengajar dengan jumlah santri 557 orang, PAUD memiliki 4 orang tenaga
pengajar dan 25 orang siswa, madrasah Tsanawiah 22 orang tenaga pengajar 125
orang siswa, madrasah Aliah 20 orang tenaga pengajar dan 81 orang siswa. Berkat
kebijakan pemerintah dalam mengalokasikan Dana Kompensasi BBM melalui Dana
Bantuan Operasional Sekolah / BOS merupakan kepedulian pemerintah yang sangat
membantu masyarakat yang kurang beruntung untuk dapat terus memberikan
pendidikan kepada anak-anaknya. Hendaknya Bantuan Operasional Sekolah/BOS tidak
terbatas sekedar untuk madrsaha Tsanawiah saja namun dapat dialokasikan untuk
madrsah Aliyah dan Pendidikan Anak Usia Dini/PAUD.
Demikianlah sejarah singkat berdirinya Yayasan Pondok
Pesantren Darunnajah Al-Falah cabang Darul Falah Pagutan. Mohon Maaf jika ada kata
atau kalimat yang kurang berkenan dalam penyampaian kami dari awal hingga
akhir.
Pimpinan Yayasan,
TTD
TGH. Ahmad Khairil Abrar
Posting Komentar